KUMPULAN ANEKA JENIS KAMBING Ciri Dan Jenis Kambing Tips Cara Perawatan


KUMPULAN ANEKA JENIS KAMBING Ciri Dan Jenis Kambing Tips Cara Perawatan

KUMPULAN ANEKA JENIS KAMBING Ciri Dan Jenis Kambing Tips Cara Perawatan

KUMPULAN ANEKA JENIS KAMBING Ciri Dan Jenis Kambing Tips Cara Perawatan

KUMPULAN ANEKA JENIS KAMBING Ciri Dan Jenis Kambing Tips Cara Perawatan

KUMPULAN ANEKA JENIS KAMBING Ciri Dan Jenis Kambing Tips Cara Perawatan


Beberapa ini Jenis Kambing yang ada di Indonesia

1. Kambing Kacang

Kambing kacang adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.

Ciri-ciri kambing kacang :
Tubuh kambing relatif kecil dengan kepala ringan dan kecil.
Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek.
Pada umumnya memiliki warna bulu tunggal putih, hitam, coklat, atau kombinasi ketiganya.
Kambing jantan maupun betina memiliki dua tanduk pendek.
Berat tubuh jantan dewasa dapat mencapai 30 kg, serta betina dewasa mencapai 25 kg.
Tinggi yang jantan 60 - 65 cm, sedangkan yang betina 56 cm.
Memiliki bulu pendek pada seluruh tubuh, kecuali pada ekor dan dagu, pada kambing jantan juga tumbuh bulu panjang sepanjang garis leher, pundak dan punggung sampai ekor dan pantat.

2. Kambing Etawa (Kambing Jamnapari)

Kambing Ettawa atau dikenal juga dengan nama Kambing Jamnapari, merupakan jenis kambing unggul yang memiliki dua tipe fungsi yaitu sebagai kambing penghasil susu maupun kambing untuk penghasil daging.

Kambing Etawa didatangkan ke Indonesia dari India.

Ciri-ciri kambing Etawa :
Badannya besar, tinggi gumba kambing jantan 90 cm hingga 127 cm dan yang betina mencapai 92 cm.
Bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina hanya mencapai 63 kg.
Telinganya panjang dan terkulai ke bawah.
Dahi dan hidungnya cembung.
Kambing jantan maupun betina bertanduk pendek.
Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.

3. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Merupakan hasil silangan dari kambing peranakan etawa dengan kambing kacang, namun sifat fisik kambing kacangnya yang lebih dominan. Untuk menghemat biasanya peternak susu kambing memilih kambing ini untuk diternakkan guna diambil susunya. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.

Ciri-ciri kambing Jawarandu :
Memiliki tubuh lebih kecil dari kambing ettawa, dengan bobot kambing jantan dewasa dapat lebih dari 40 kg, sedangkan betina dapat mencapai bobot 40 kg.
Baik jantan maupun betina bertanduk.
Memiliki telinga lebar terbuka, panjang dan terkulai.
Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging dan penghasil susu.

4. Kambing PE (Peranakan Etawa)
Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing lokal/Kacang, dengan tujuan lebih mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing ini dikenal sebagai kambing PE (Peranakan Etawa), dan saat ini juga dianggap sebagai kambing Lokal.

Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda tubuhnya berada diantara kambing Kacang dan kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke arah kambing Etawa, ada sebagian yang lebih ke arah kambing Kacang.

Kambing ini awalnya tersebar di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, dan saat ini hampir di seluruh Indonesia. Pejantan mempunyai sex-libido yang tinggi, sifat inilah yang membedakan dengan kambing Etawa.

Ciri-ciri kambing Etawa :
Warna bulu belang hitam, putih, merah, coklat dan kadang putih.
Badannya besar sebagaimana Etawa, bobot yang jantan bisa mencapai 91 kg, sedangkan betina mencapai 63 kg.
Telinganya panjang dan terkulai ke bawah, bergelambir yang cukup besar
Dahi dan hidungnya cembung.
Kambing jantan maupun betina bertanduk kecil/pendek.
Daerah belakang paha, ekor dan dagu berbulu panjang
Kambing Etawa mampu menghasilkan susu hingga tiga liter per hari.

5. Kambing Boer
Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer merupakan kambing pedaging yang sesungguhnya karena pertumbuhannya sangat cepat.

Kambing ini pada umur lima hingga enam bulan sudah dapat mencapai berat 35 – 45 kg, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02 – 0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Kambing Boer jantan akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat dewasa (umur 2-3 tahun), sedangkan Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80 – 90 kg. Boer betina maupun jantan keduanya bertanduk.
Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40% – 50% dari berat tubuhnya

Kambing Boer dapat dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung. Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.

Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25 derajat celcius) hingga sangat panas (43 derajat celcius) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit. Mereka dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput. Secara alamiah mereka adalah hewan yang suka meramban sehingga lebih menyukai daun-daunan, tanaman semak daripada rumput.

Kambing Boer Jantan
Boer jantan bertubuh kokoh dan kuat sekali. Pundaknya luas dan ke belakang dipenuhi dengan pantat yang berotot. Boer jantan dapat kawin di bulan apa saja sepanjang tahun. Mereka berbau tajam karena hal ini untuk memikat betina. Seekor pejantan dapat aktif kawin pada umur 7-8 bulan, tetapi disarankan agar satu pejantan tidak melayani lebih dari 8 – 10 betina sampai pejantan itu berumur sekitar satu tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40 betina. Disarankan agar semua pejantan dipisahkan dari betina pada umur 3 bulan agar tidak terjadi perkawinan yang tidak direncanakan. Seekor pejantan dapat mengawini hingga selama 7 – 8 tahun.

Kambing Boer Betina
Boer betina tumbuh seperti jantan, tetapi tampak sangat feminin dengan kepala dan leher ramping. Ia sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak berulah. Ia dapat dikawinkan pada umur 10 – 12 bulan, tergantung besar tubuhnya. Kebuntingan untuk kambing adalah 5 bulan. Ia mampu melahirkan anak-anak tiga kali dalam dua tahun. Betina umur satu tahunan dapat menghasilkan 1 – 2 anak. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga, bahkan empat.
Boer induk menghasilkan susu dengan kandungan lemak sangat tinggi yang cukup untuk disusu anak-anaknya. Ketika anaknya berumur 2½ – 3½ bulan induk mulai kering. Boer betina mempunyai dua hingga empat puting, tetapi kadangkala tidak semuanya menghasilkan susu. Sebagai ternak yang kawinnya tidak musiman, ia dapat dikawinkan lagi tiga bulan setelah melahirkan. Birahinya dapat dideteksi dari ekor yang bergerak-gerak cepat disebut “flagging”. Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5 – 8 tahun.

6. Kambing Saanen
Kambing Saanen ini aslinya berasal dari lembah Saanen, Swiss (Switzerland) bagian barat. Merupakan salah satu jenis kambing terbesar di Swiss dan penghasil susu kambing yang terkenal. Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Oleh karena itu di Indonesia jenis kambing ini disilangkan lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing Saanen, antara lain dengan kambing peranakan etawa.

Ciri-ciri kambing Saanen :
Bulunya pendek berwarna putih atau krim dengan titik hitam di hidung, telinga dan di kelenjar susu.
Hidungnya lurus dan muka berupa segitiga.
Telinganya sederhana dan tegak ke sebelah dan ke depan.
Ekornya tipis dan pendek.
Jantan dan betinanya bertanduk.
Berat dewasa 68-91 kg (Jantan) dan 36kg - 63kg (Betina), tinggi ideal kambing ini 81 cm dengan berat 61 kg, di saat tingginya 94 cm beratnya 81 kg.
Produksi susu 740 kg/ms laktasi.

7. Kambing Gembrong
Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem.

Pertama kali melihat hewan ini seperti melihat anjing berbulu panjang dan lebat, padahal kambing. Melihat badannya memang mirip kambing, tetapi bila melihat bulunya yang lebat mirip anjing. Dari badan hingga kepala, hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu. Itulah kambing Gembrong, kambing asal Bali yang hampir punah.

Ciri khas kambing Gembrong jantan berbulu panjang lebat dan mengkilap, yang tumbuh mulai dari kepala hingga ekor. Bila dibiarkan, panjang bulu bisa mencapai 25—30 cm. Setiap 12—16 bulan sekali, bulunya mesti dicukur. Jika tidak, bulu bagian kepala dapat menutupi mata dan telinga, sehingga akan mempersulit kambing saat makan.

Sedangkan bentuk dan ukuran tubuh kambing betina mirip kambing kacang. Tapi pada bagian bawah perut melebar. Kambing gembrong betina juga bertanduk, namun lebih pendek dan oval. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm.

Warna tubuh dominan kambing Gembrong pada umumnya putih sebagian berwarna coklat muda dan coklat. Pola warna tubuh kebanyakan satu warna, sebagian lagi dua - sampai tiga warna. Tinggi kambing (gumba) 58 - 65 cm, bobot badan kambing dewasa 32-45 kg. Kambing jantan berjumbai pada dahi. Jumbai terkadang menutup mata dan muka kambing.

Kambing gembrong ini dulunya merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki. Kedua jenis kambing itu masuk ke Bali dari luar negeri sebagai hadiah untuk seorang bangsawan Bali, yang kemudian berkembang sampai sekarang di daerah Bali.

Beberapa peternak mencoba menyilangkan kambing Gembrong dengan kambing Peranakan Ettawah (PE). Dari persilangan itu dihasilkan kambing gettah alias gembrong ettawah.

8. Kambing Boerawa
merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina.

Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut dengan Boerawa yakni singkatan dari kata Boerawa dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung, walaupun upaya persilangan antara kambing Boer dengan kambing lokal telah dilakukan di beberapa propinsi lainnya seperti Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

9. Kambing Muara
Kambing ini dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara.

Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.

10. Kambing Kosta
Lokasi penyebaran kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini dulunya terbentuk dari persilangan kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor).

Warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua, coklat muda, coklat merah, abu-abu sampai hitam. Pola warna tubuh umumnya terdiri dari 2 warna, dan bagian yang belang umumnya didominasi oleh warna putih.

Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan disekitarnya serta ditemukan pula dalam populasi kecil di wilayah Tangerang dan DKI Jakarta. Selama ini masyarakat hanya mengenal Kambing Kacang sebagai kambing asli Indonesia, namun karena bentuk dan performa Kambing Kosta menyerupai Kambing Kacang, sering sulit dibedakan antara Kambing Kosta dengan Kambing Kacang, padahal bila diamati secara seksama terdapat perbedaan yang cukup signifikan.

Salah satu ciri khas Kambing Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging. Saat ini populasi Kambing Kosta terus menyusut.

11. Kambing Marica
Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).

Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan. Kambing Marica punya potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang. Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.

12. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)
Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.

Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan aninisme (Parmalim) oleh penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang berwama putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Kambing Samosir ini bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.

Tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26 - 32 kg; panjang badan 57 - 63 cm; tinggi pundak 50 - 56 cm; tinggi pinggul 53 - 59 cm; dalam dada 28 - 33 cm dan lebar dada 17 - 20 cm.

Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu penotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Pemberian nama kambing Samosir pada saat ini masih secara lokal dan dikenal dengan nama Kambing Putih atau Kambing Batak.

Tahapan-tahapan cara memeliha kambing dan merawatnya diantaranya sebagai berikut:

1. Kandang
2. Makanan
3. Pengenalan Ternak
4. Perawatan Kuku
5. Pemeliharaan Kambing Jantan
6. Pemeliharaan Kambing Induk
7. Perawatan Setelah Beranak

KANDANG KAMBING

Kandang untuk kambing harus disesuaikan dengan karakter kambing, karena kambing memiliki sifat agresif atau tidak bisa diam, bahkan kambing hewan yang suka mendaki. Oleh sebab itu kandang untuk kambing sebaiknya cukup tinggi, kurang lebih sdetengah meter dari permukaan tanah.

Selain dapat menahan angin kandang unntuuk kambing harus terkena sinar matahari, terutama sinar matahari diwaktu pagi hari, kandangkambing bisa kita buat dengan system ganda atau tunggal. Namun pembuatan kandang tersebut memang sebainnya disesuaikan dengan jumlah kambing yang akan kita pelihara.


Untuk kandang kambing jantan ukuran luasnya 1 x 1,5 m. sedangkan untuk ukuran luas kandang kambing betina 0,8 x 1,5 m. untuk kandang kambing betina yang memiliki anak satu atau dua ekor ukuran kandangnya 1 x 1,5 m. kalau kitaa akan membuat kandang untuk 10 ekor kambing yang kita campur sekaligus , dapat dipergunakab ukuran 1,5 x 7,5 m atau 1,5 x 6 m.

Untuk ukuran tempat makan tidak ada patokan, tetapi untuk pedoman bisa kita gunakan ukuran sebagai berikut:
  • Bagian dasar selebar 25 cm.
  • Bagian atasnya selebar 35-40 cm.
  • Kedalaman rak makan 50 cm.
  • Jarak rak dari lantai 25 cm.
Untuk lantai seharusnya kita memilih bahan yang terbuat dari bamboo agar tahan terhadap air kencing dan kotoran yang jatuh ke lantai bisa langsung keluar, oleh sebab itu kita bisa gunakan ukuran 1-1,5 cm, jarak bamboo untuk lantai.
Atap kandang sebaiknya dapat menutupi rak tempat makan (untuk kandang tunggal) supaya rak tidak terkena air hujan.

MAKANAN KAMBING
Makanan yang biasa diberikan untuk kambing diantaranya:

1. Kelompok padian-padian

Rumput kelonjono.
Rumput Benta
Rumput Jukut Tualadi
Rumput Benggala
Rumput Kawatan

2. Kelompok Kacang-kacangan

Orok-orok / Krotalaria.
Daun, ranting, ataupun bunga Turi
Petai cina atau malandingan, bisa juga buahnya atau bunga malandingan yang masih muda.
Kacang tanah, baik daun atau buahnya yang masih muda.
Kacang kedelai.

3. Kelompok lain yang bisa diberikan

Daun waru.
Daun kelapa pohon.
Daun pisang.
Daun nangka.
Daun Clitoria atau kembang Telang.

Biasanya kambing dewasa setiap harinya memerlukan makanan hijau-hijauan sebanyak 6 kg. untuk kambing betina yang sedang menyusui dapat kita berikan makanan tambahan konsentrat yang berupa dedak, bungkil kelapa, bubur nasi dan sedikit garam.

PERAWATAN KUKU

Perawatan kuku pada kambing sangat penting, karena kambing sering digembalakan di daerah-daerah yang becek dan banyak caccingnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab kambing-kambing itu terserang penyakit.

Kuku yang terserang cacing, akan kelihatan keropak, auranya tidak rata. Apalagi kalau sampai ada tungau yang menyerang di sela-sela kuku-kuku kambing menyebabkan kambing malas berjalan karena sakit, selain itu kerusakan pada kuku dapat mengakibatkan kelainan bentuk kaki akibat lamanya penyakit yang diderita dan akan pincang jalannya.

PEMELIHARAAN KAMBING JANTAN

Tidak semua kambing jantan memiliki daya nafsu seksual yang hebat, hal ini diakibatkan karena beberapa hal antara lain:
  • Terlalu sering dipakai untuk pejantan atau sebagai pemacek.
  • Biasanya kaki belakang kambing sakit, juga bisa menurunkan gairah seksual.
  • Mukin alat kelamin (kemaluannya) sakit.
  • Bisa juga karena susunan saraf pusatnya terganggu.
  • Termasuk ternak yang sakit.

Untuk menghindari kambing jantan yang kurang maksimal seperti di atas, kita perlu melakukan pemeliharaan dan perawatan sebagai berikut:
  • Letakan kambing dalam kandang tersendiri, posisi kandang sebaiknya di tengah-tengah kambing betina yang dewasa.
  • Usahakan mempunyai gerakan yang bebas, yaitu dengan cara selain dikandang juga sering dilepas dikandang.
  • Untuk menjaga kesehatannya, kandang kambing jantan ini perlu disikat dan dibersihkan dan tidak hannya kandangnya kambingnya pun harus disikat minimal seminggu sekali.
  • Makanan kambing jantan harus cukup dan mengandung unsure-unsur yang dibutuhkan, agar menambah manfaat buat kekuatan.
  • Kandang harus tetap bersih dan sekering mungkin, paling tidak setiap pagi sinar matahari dapat masuk.
kambing jantan yang baik untuk dikawinkan setelah berumur 2 tahun. Selama satu tahunnya hanya boleh dikawinkan dengan 25 – 50 kambing betina saja. Inipun harus kita bagi menjadi dua tahap perkawinan artinya setiap ekor kambing betina yang telah dikawini, hanya boleh dikawinkan sekali lagi dengan pejantan yang sama dalam jangka waktu setengah bulan lagi atau 2 minggu kedepan.

PEMELIHARAAN KAMBING INDUK
  • Kandang untuk beranak harus ditempatkan yang terpisah dari kandang kambing lainnya, supaya suasananya tenang.
  • Ukuran kandang sebaiknya 1 x 1,5m.
  • Makan harus diperhatikan jumlah maupun kualitas.
  • Harus dilatih agar bisa bergerak menuju kandang tempat melahirkan.

Ciri-ciri kambing induk yang mau beranak, sebagai berikut:
  • Putting bila diperah mengeluarkan cairan putih.
  • Kambing yang akan melahirkan selalu kelihatan gelisah dan suka mencakar-cakar lantai.
  • Dari alat kelaminnya selalu keluar cairan berupa lender yang putih dan jernih.
  • Suka mengembik.


Tinggalkan Komentar: